UTS APLIKASI
4
1. Masalah
yang menyebabkan sistem informasi tidak terintegrasi.
a)
Kurangnya input dari End User
Adanya
kesenjangan komunikasi antara pengguna dan perancang sistem informasi terjadi
karena pengguna dan spesialis sistem informasi cenderung memiliki perbedaan
dalam latar belakang, kepentingan dan
prioritas. Inilah yang sering dikatakan sebagai kesenjangan komunikasi antara
pengguna dan desainer. Kondisi ini memang sering terjadi di beebrapa perusahaan
yang diakibatkan oleh tidak adanya jaringan komunikasi yang jelas antara
teknisi dengan pengguna. Sebenarnya dengan pengembangan sistem informasi
mengunakan jaringan intranet, masalah ini sepatutnya bisa teratasi. Hal ini
juga dapat menjadi salah satu faktor penyebab kegagalan penerapan sistem
informasi
b)
Inkompetensi secara teknologi
Keberhasilan
pengembangan sistem informasi manajemen tidak hanya bersumber dari penggunaan
alat atau teknologi canggihnya saja. Namun, manusia berperan penting
sebagai perancang dan tentu saja penggunanya. Perubahan dari sistem manual ke
sistem komputerisasi tidak hanya menyangkut perubahan teknologi tetapi juga
perubahan perilaku dan organisasional. Oleh karena itu, pengembangan sistem
informasi memerlukan suatu perencanaan matang serta penerapan yang cermat untuk
menghindari adanya penolakan terhadap sistem yang dikembangkan. Sistem
informasi harus dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pengguna.
Kondisi seperti ini rentan terjadi pada perusahaan yang pengetahuan teknologi
informasinya masih sangat kurang. Jika pengembangan sistem informasi diserahkan
pada orang-orang yang kurang berkompeten dibidangnya maka akan berakibat fatal
bagi perusahaan ketika sistem tersebut sudah terlanjur diterapkan. Pengembangan
sistem informasi bertujuan sebagai salah satu sarana untuk mencapai tujuan
perusahaan.
c)
Sistem informasi yang ada tidak mampu merespon pasar.
Kegagalan
perusahaan yang menciptakan sistem informasi untuk merespon pasar bisa menjadi
bumerang tersendiri. Begitu sebuah sistem tercipta dan dinilai baik oleh
masyarakat, maka permintaan akan jasa perusahaan tersebut akan meningkat.
Peningkatan ini lah yang harus mampu dijawab oleh sistem informasi perusahaan
tersebut. Sistem informasi tersebut harus mampu melayani pasar yang tentunya
ingin transaksi yang cepat dan reak time tanpa ada cacat. Menjadi
perkara adalah ketika sistem ini tidak mampu menjawab permintaan yang tinggi
dari pasar dan yang terjadi selanjutnya adalah fatal error yang berujung
pada ketidakpuasan pasar yang berakhir pada ditinggalkannya perusahaan tersebut
dan akhirnya bangkrut.
- Peranan ERP dalam Perusahaan
PT.SEMEN GRESIK.
Semen Gresik adalah perusahaan bergerak di industri semen, yang didirikan sejak
tahun 1957. Bicara soal semen, orang mungkin langsung mengasosiasikannya dengan
truk pengangkut, adukan, dan tukang-tukang bangunan. Namun, bagi manajemen PT
Semen Gresik, urusan semen juga identik dengan sistem informasi yang kompleks
dan rantai pasok yang mesti terintegrasi. Dengan kata lain, bisnisnya perlu
ditangani dengan bantuan teknologi informasi (TI) yang memadai. Semuanya akan
menjadi lebih simpel dengan diterapkannya sistem TI yang terintegrasi dan
mutakhir.
Pada bulan Juni tahun 2001, ERP
mulai diaplikasikan untuk mendukung bisnis proses yang ada di Semen Gresik
dengan penerapan pertama kali dilakukan di bagian finansial. Dengan berjalannya
waktu, implementasi dilakukan di bagian penjualan dan kemudian di bagian
manufakturing. Setelah melalui proses cukup panjang — memakan waktu hampir 1,5
tahun — Semen Gresik akhirnya memutuskan memakai solusi ERP JD Edwards. Alasannya, solusi
ini merupakan solusi Best Practice, serta cukup fleksibel dan mudah
diimplementasikan.
- Apakah ERP dapat menghilangkan Silo
Silo
effect mengakibatkan lemahnya koordinasi dan terjadinya
inefisiensi proses bisnis. Dengan mengembangkan sistem informasi didukung
teknologi informasi memadai, perusahaan dapat mengeliminasi silo effect,
sehingga proses bisnis lebih efisien, efektif, dan produktif, bahkan dapat
memperoleh keunggulan kompetitif, tanpa harus menurunkan kualitas produk/jasa
dan layanan customer.
Enterprise Resource Planning (ERP) sebagai sebuah
TI adalah software yang mengintegrasikan seluruh proses bisnis
perusahaan dengan mengeliminasi batasan-batasan komunikasi, informasi, dan
koordinasi yang ada pada struktur organisasi fungsional. ERP menghubungkan
internal
perusahaan dengan customer melalui sales
distribution dan service application atau customer
relationship management (CRM). Sedangkan di sisi back office, dengan supplier melalui inventory
management, manufacturing application, dan financial
application atau dalam sistem informasi disebut supplier chain
management (SCM). Selanjutnya ERP mengintegrasikan seluruh proses
internal perusahaan dengan sumber daya manusia yang ada melalui human resource
application. Dengan konsep tersebut, seluruh SDM akan dapat terlibat secara
lintas fungsi dalam proses bisnis perusahaan tanpa terkendala batasan-batasan
struktur organisasi fungsional. ERP mampu secara signifikan meningkatkan
profitabilitas, produktivitas, dan daya saing perusahaan dengan menghilangkan
batasan-batasan untuk berbagi informasi antarfungsi dan mampu mengelola proses
(bisnis) secara holistik.
Meski ERP dapat
mengeliminasi silo effect, namun ada beberapa risiko, antara lain masalah customizing,
penyesuaian proses bisnis dengan ERP dapat menghilangkan keunikan (keunggulan)
perusahaan, ketergantungan updating ERP kepada vendornya jika perusahaan tidak
memiliki SDM yang memadai, resistensi terhadap information sharing, dan adanya
modul ERP yang tidak selalu tepat sama (are not well suited) dapat
diimplementasikan. Hal-hal tersebut berpotensi menyebabkan proses harmonisasi
ERP dalam sebuah perusahaan menyita banyak waktu, tenaga, dan biaya. Untuk
mengatasinya, perlu pemahaman yang baik terhadap volume transaksi maupun
kompleksitas proses bisnis dan organisasi, pemilihan vendor yang berpengalaman,
dan perlu dukungan perangkat lunak yang baik.
SEMOGA BERMANFAAT GUYS
0 Komentar